JEJAK KARBON DAN DAMPAK TERHADAP LINGKUNGAN

Perubahan iklim adalah salah satu tantangan terbesar yang dihadapi oleh umat manusia dewasa ini. Salah satu faktor utama yang berkontribusi pada perubahan iklim adalah emisi gas rumah kaca.

Salah satu cara untuk mengukur dampak emisi ini adalah melalui carbon footprint atau jejak karbon.

Carbon footprint adalah ukuran dari jumlah emisi gas rumah kaca yang dihasilkan oleh individu, perusahaan, atau suatu kegiatan.

Emisi ini berasal dari aktivitas sehari-hari yang melibatkan pembakaran bahan bakar fosil, seperti penggunaan energi, transportasi, dan produksi barang konsumsi.

Tingkat emisi gas rumah kaca ini sering diukur dalam satuan metrik ton CO2 ekivalen (CO2e), yang menggabungkan berbagai jenis gas rumah kaca dengan potensi pemanasan global yang berbeda menjadi satu satuan standar.

Sebagian besar emisi karbon berasal dari berbagai sumber, termasuk pembakaran bahan bakar fosil seperti minyak bumi, batu bara, dan gas alam untuk menghasilkan energi, transportasi, dan industri.

Mengukur carbon footprint sangat penting dalam upaya untuk meningkatkan kesadaran akan dampak kita terhadap lingkungan.

Dengan mengetahui berapa besar jejak karbon kita, kita dapat mengidentifikasi sumber utama emisi dan mengambil langkah-langkah untuk menguranginya.

Menurut laporan Badan Lingkungan Hidup Amerika Serikat (EPA), sekitar 80% emisi gas rumah kaca di dunia berasal dari dua sumber utama, yaitu pembakaran bahan bakar fosil dan deforestasi.

Negara-negara seperti China, Amerika Serikat, dan Uni Eropa adalah penyumbang terbesar emisi gas rumah kaca.

Ilustrasi Pembukaan Hutan untuk Perkebunan Sumber : Freepik

Di Indonesia, berdasarkan data yang diterbitkan oleh Peraturan Presiden Nomor 61 Tahun 2011 tentang Rencana Aksi Nasional Penurunan Gas Rumah Kaca, sektor energi menyumbang sekitar 60% dari total emisi karbon dioksida di negara ini.

Sedangkan sektor industri menyumbang sekitar 13%, dan sektor pertanian menyumbang sekitar 11%.

Meskipun perhitungan carbon footprint telah menjadi alat yang berguna dalam mengukur dampak terhadap lingkungan, ada beberapa perspektif yang perlu dipertimbangkan.

Beberapa orang berpendapat bahwa carbon footprint perlu dipertimbangkan secara holistik. Misalnya, sementara mengurangi emisi gas rumah kaca adalah penting, juga penting untuk memperhatikan penyelesaian etik dan sosial yang lebih luas.

Pendekatan ini mencakup tidak hanya mengurangi emisi, tetapi juga melibatkan partisipasi aktif dalam upaya konservasi, penggunaan energi terbarukan, dan adaptasi terhadap perubahan iklim.

Selain itu, ada juga argumen yang mengemukakan bahwa fokus hanya pada individu atau perusahaan yang memiliki carbon footprint besar tidaklah adil.

Beberapa negara berkembang, sementara memiliki jejak karbon yang tinggi, juga berkomitmen untuk mengurangi emisi dan berinvestasi dalam energi terbarukan.

Oleh karena itu, kerjasama internasional dan transfer teknologi juga penting dalam mengatasi perubahan iklim.

Baca Juga : Kemandirian Energi: Meningkatkan Keberlanjutan dan Keamanan Energi

Kesimpulan

Carbon footprint adalah alat penting dalam mengukur dampak emisi gas rumah kaca terhadap lingkungan. Menghitung carbon footprint membantu meningkatkan kesadaran dan mengidentifikasi langkah-langkah yang diperlukan untuk mengurangi emisi.

Namun, penting untuk menganggap carbon footprint sebagai salah satu faktor dalam upaya lebih luas untuk menjaga lingkungan dan mengatasi perubahan iklim.

Kolaborasi antar negara, peningkatan efisiensi energi, dan penggunaan energi terbarukan juga merupakan faktor penting dalam menciptakan masa depan yang lebih berkelanjutan.

Sumber:

  • Badan Lingkungan Hidup Amerika Serikat (EPA) – link
  • Peraturan Presiden Nomor 61 Tahun 2011 – link

Bagikan:

Baca Juga

Leave a Comment