DESA WISATA ANTARA PELUANG DAN TANTANGAN

Ari Anjani

makanan tradisional Indonesia

Pengantar Desa Wisata

Desa wisata belakangan ini menjadi sebuah tren di banyak daerah di Indonesia. Konsep Desa wisata bertujuan untuk menjadikan desa sebagai objek wisata untuk masyarakat khususnya masyarakat perkotaan.

Fenomena desa wisata memiliki peran penting dalam pengembangan ekonomi lokal. Dengan adanya desa wisata diharapkan warga lokal mampu memproduksi berbagai jasa maupun produk yang nantinya dijajakan kepada pengunjung.

Tulisan kali ini akan membahas fenomena munculnya konsep desa wisata dan efeknya terhadap perkembangan ekonomi dan sosial.

Menggali Potensi Lokal dalam Desa Wisata

Dalam prakteknya, desa wisata mempunyai banyak potensi yang bisa digali dan juga dikembangkan. Sebut saja diantaranya pemandangan alam, kuliner, situs sejarah, situs relijius, seni dan lainnya. Potensi-potensi tersebut dikembangkan dan dimanfaatkan untuk menarik perhatian wisatawan yang sedang mencari hal unik yang tidak biasa ditemukan dalam kegiatan sehari-harinya.

Pasar Papringan di Temanggung contohnya menawarkan suasana jawa tempo dulu seperti lokasi di perkebunan bambu yang rindang, mata uang, pakaian penjual, hingga jenis panganan yang dijual di sana. Pasar papringan dikelola secara swadaya oleh masyarakat setempat memanfaatkan lokasi yang sebelumnya dijadikan lahan tempat sampah menjadi pasar tradisional sekaligus objek wisata.

Diadakan setiap 35 hari, pasar papringan menarik perhatian masyarakat bukan hanya dari Temanggung saja namun ratusan orang dari luar kota mulai dari Jakarta, Surabaya, Magelang, Yogyakarta dan kota-kota lainnya. Mereka yang hadir ingin merasakan suasana jawa tempo dulu yang saat ini sudah tidak mungkin dirasakan di kota-kota besar.

baca juga : Peran Energi Terbarukan Pada Pertanian Berkelanjutan

Eksplorasi Ekonomi Lokal di Desa Wisata

Melalui desa wisata, warga lokal akan mendapatkan keuntungan secara ekonomi dengan menjual produk-produk lokal. Produk lokal seperti batik menjadi komoditas yang mempunyai nilai jual tinggi jika dijajakan dengan narasi atau cerita alih-alih dijual di pasar.

Interaksi tersebut hanya bisa terjadi pada momen yang tepat dan momen desa wisata adalah salah satunya. Kuliner juga merupakan produk yang selalu ada di setiap lokasi yang sering menjadi daya tarik wisatawan. Gudeg Jogja, Nanas madu, Apel Malang, Durian Medan dan lainnya juga merupakan komoditi yang menjadi kunci meningkatnya pendapat ekonomi masyarakat desa.

Mencari Solusi untuk Meningkatkan Kemandirian Ekonomi

Dalam hal peningkatan ekonomi masyarakat lokal melalui desa wisata, diperlukan kolaborasi berbagai pihak baik itu pemerintah, swasta dan juga kelompok masyarakat lokal. Tanpa adanya kolaborasi desa wisata akan sulit untuk berkelanjutan dikarenakan keterbatasan sumber daya yang dimiliki oleh masyarakat lokal.

Pemerintah dapat memberikan pembinaan dan juga kegiatan pelatihan agar masyarakat desa bisa mengelola potensi desa dengan baik tanpa menghiraukan asas keberlanjutan. Pihak swasta seperti perusahaan swasta dapat memberikan modal awal agar pembangunan infrastruktur dasar dapat disediakan agar wisatawan bisa berkunjungan dengan nyaman. Warga lokal sebagai penggerak utama berperan untuk merencanakan dan juga menjalankan konsep desa wisata secara berkelanjutan.

baca juga: STRATEGI KAMPANYE ENERGI TERBARUKAN DI ERA DIGITAL

Hambatan dan Tantangan dalam Pengembangan Desa Wisata

Pengelolaan desa wisata memang bukan perkara sederhana. Terbukti banyak hambatan dan tantangan dalam prosesnya.
Pemahaman masyarakat yang belum sadar akan potensi desa yang dimiliki serta kemampuan dalam mengelola potensi desa dengan baik adalah sebagian hambatan terbesar.

Infrastruktur jalan yang sulit dilalui oleh kendaraan sampai birokrasi yang cenderung rumit juga kendala yang perlu diselesaikan secara seksama.
Sebab itu, dalam membangun desa wisata perlu upaya dari berbagai kalangan agar terciptanya desa wisata yang mampu menggerakkan ekonomi lokal sekaligus mengenalkan budaya lokal kepada wisatawan dari luar daerah.

Dengan adanya desa wisata juga berpeluang untuk terjadinya pengikisan nilai-nilai kearifan lokal yang sebenarnya tidak sebanding dengan nilai ekonomi yang didapatkan. Nilai kearifan lokal hasil kultur selama ratusan tahun bisa hilang tanpa bekas ketika tidak dijaga dengan baik oleh warhga setempat.

Dengan demikian desa wisata merupakan salah satu jalan untuk menjadikan desa mandiri dan berdaya secara ekonomi namun perlu diperlukan peran serta dari segenap stakeholder baik pemerintah, swasta maupun masyarakat lokal agar desa wisata mampu berkelanjutan tanpa harus mengikis nilai-nilai kearifan lokal setempat.

Bagikan:

Tags

Baca Juga

Leave a Comment